Last updated on 22 September 2023
The Jayakarta SP Hotel & Spa, atau umumnya bernama Hotel Jayakarta – jarang menyematkan label SP – adalah hotel bintang empat yang berdiri di pojok simpang Jalan Labu dan Jalan Hayam Wuruk, selatan kawasan dagang dan pecinan Glodok, Jakarta Barat. Hotel ini dimiliki oleh Pudjiadi & Sons, salah satu bagian usaha dari Grup Pudjiadi yang difokuskan untuk mengelola hotel. Sayangnya, tidak seperti gedung-gedung lain, SGPC kesulitan menentukan jalan sejarah yang tepat dari hotel ini, karena versinya sangat banyak, bahkan di material resmi Grup Pudjiadi sendiri.

Gedung Jayakarta lama (1969-1973)

Sinar Harapan, 26 Februari 1974
Sejarahnya dimulai sejak akhir dasawarsa 1960an. Saat itu, Sjukur Pudjiadi, seorang importir film Disney dan Columbia, membangun sebuah hotel Jayakarta berlantai 9 dengan 126 kamar di kawasan Glodok, dengan peletakkan batu pertamanya dilakukan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 24 Juni 1969. Saat pertama dibangun, proyek tersebut merupakan bagian dari pemenuhan sarana wisata di Jakarta. Nama hotel ini diambil oleh Gubernur Ali Sadikin dari nama asli kota Jakarta kala berdirinya.
Namun, di awal dasawarsa 1970, muncul tender penyediaan kamar hotel untuk konferensi Pacific Asia Tourism Association 1974 yang diadakan di Jakarta dan Bali. Hal ini dimanfaatkan penuh oleh Pudjiadi untuk mempercepat penyelesaian hotelnya, yang pada akhirnya hanya bisa menampung 52 kamar, di gedung berlantai empat yang juga diperuntukkan sebagai restoran Orchid Room Restaurant, Bioskop Jayakarta (yang kebetulan juga milik Sjukur Pudjiadi sebelum kolaps di tahun 1990an), kantor dan supermarket. Gedung tersebut selesai dibangun dan dioperasikan sejak sekitar April 19731Versi wawancara Sjukur Pudjiadi dengan majalah Bisnis Properti, sekitar September 2003 dan halaman web resmi yang diperkuat oleh keberadaan iklan pengumuman yang menyatakan “Modern Shopping Centre Jayakarta” dengan 50 toko harus mulai dibuka per April 1973. Versi harian ekonomi “Neraca” yaitu September 1972, tidak diperkuat oleh iklan.
Pertokoan yang saat itu menamakan dirinya Modern Shopping Centre diisi secara ora kesusu. Salah satu tenant kuncinya adalah Chase Manhattan Bank yang pindah cabang pembantunya ke lantai 1 Hotel Jayakarta mulai 25 Februari 1974 hingga tidak disebutkan kapan, dan sebuah supermarket yang tidak disinggung namanya oleh harian KOMPAS pada April 1974. Merujuk pada buku biografi M.S. Kurnia, ini mengarah ke Supermarket Hero kedua yang pernah dibuka. Nurhajati sempat mengatakan bahwa dipilihnya Jayakarta sebagai lokasi gerai keduanya seluas 1.000 m2 karena dekat dengan pecinan yang disertai daya beli komunitas Tionghoa yang lebih baik dibanding pribumi saat itu. Sayangnya Hero menutup gerai Jayakarta pada 1979 dengan alasan “tidak layak,” dan cabang tersebut dioper ke Barito Plaza.
Itu awal keberadaan pusat belanjanya. Bila melihat kisah lain, terutama di dasawarsa 1980an dan 90an, gedung ini terkenal dengan diskotik Stardust yang sekarang sudah tutup. Sayangnya, tidak ada catatan lain mengenai diskotik ini, dan paling tidak catatan yang tersisa dari sekarang adalah penggunaannya sebagai pujasera the Food Place – penerus spiritual Orchid Room Restaurant.
Tahap kedua dan ketiga, superblok kedua (1975?-1982?)

Foto oleh mimin SGPC, CC-BY-SA 2.0
Ya, SGPC mengakui itu. Sepinya catatan dari media-media baik media arus utama, atau media arsitektur dan real estate yang saat itu belum banyak beredar di pasaran, plus karakter Sjukur Pudjiadi yang adaptif, tidak banyak bercuap-cuap di media menjadi salah satu faktor krusial di balik kurangnya catatan sejarah Hotel Jayakarta tahap dua dan ketiga. Bila melongok sejarahnya, ini superblok kedua setelah Ratu Plaza yang selesai duluan pada 1980.
Dalam wawancara kepada majalah milik kelompok Panangian Simanungkalit, Bisnis Properti, Sjukur mengatakan bahwa perluasan tahap keduanya dibangun karena tingginya minat pelancong pada Hotel Jayakarta Jakarta di awal-awal operasionalnya, sehingga pihak pengelola hotel harus menambah jumlah kamar. Proyek perluasan gedung berlantai 21 tersebut, awalnya dibangun bertahap, pertama menyediakan 120 kamar tambahan di lantai 2 sampai 7 (total 172) dan ruang perkantoran seluas 11 ribu meter persegi di lantai 8 sampai 11, selesai dibangun pada 19772Versi wawancara Bisnis Properti dan Sjukur Pudjiadi menyebut penyelesaian perluasan pada 1977, diperkuat oleh iklan yang terbit di Majalah Pola sekitar awal Maret 1977. Tetapi data bisa berubah bila terdapat iklan yang lebih baru dan berkaitan dengan pembukaan resminya. Halaman internet PT Pudjiadi Prestige dan PT Pudjiadi & Sons, pemberitaan “Neraca” dan The Straits Times Singapura, sebaliknya mengindikasikan hotel ini selesai dibangun 1978 dengan biaya konstruksi 23 juta dolar AS (Rp. 9,5 milyar nilai 1978, pra-Kenop 78) menurut laporan media Singapura.
Istri Sjukur, Lenawati Pudjiadi, merancang tata busana untuk pegawai hotel dan membantu secara pribadi merancang interior dan arsitektur hotel. Sayangnya tidak dibeberkan siapa arsitek serta pemborongnya. Tetapi 172 kamar itu tidak cukup bagi Pudjiadi & Sons karena tetap saja ramai (okupansi rata-rata 1977-1981 di atas 80 persen, 1982 75 persen), sehingga awal 1980an, lantai 12 sampai 20 difungsikan sebagai kamar hotel sebanyak 160 buah dan dua tahun kemudian (akhir 1983) ruang kantor yang belum laris terjual itu lambat laun dialih fungsi menjadi 155 kamar hotel – total jumlah kamar sejak 1984 adalah 435 buah. Tinggal perusahaan milik Grup Pudjiadi saja yang masih berkantor di dalam Hotel Jayakarta SP.
Pada tahun 1980-1982, kompleks Hotel Jayakarta Jakarta menjelma menjadi semacam superblok. Tahun itu, anak usaha lain dari kelompok Pudjiadi, PT Pudjiadi Prestige, membangun apartemen dan pusat belanja Jayakarta Plaza (ini tidak ada hubungannya dengan Apartemen Pangeran Jayakarta di Mangga Dua) yang terdiri dari delapan lantai (5 apartemen, 3 kantor), 95 unit apartemen strata title yang beratrium, dan 275 unit pertokoan yang 52 persennya dijual (143 vs 132) dengan luas lantai totalnya sekitar 11.918 m2. Soal atrium, Apartemen Jayakarta Plaza mendahului Atrium Mulia dan soal strata title, ini merupakan pelopor, karena gedung yang ruangannya dijual dalam bentuk strata title baru marak di blantika properti nasional mulai 1992, yang Pudjiadi ikuti dengan membangun Kondominium Menara Kelapa Gading pada 1995. Sementara secara kronologis perancangan, Pudjiadi baru membangun hunian berlantai banyak di Senopati lima tahun kemudian.
Berkat renovasi demi renovasi selama 45 tahun eksistensinya, sekarang Jayakarta SP Hotel & Spa (Agoda/Booking) memiliki 334 ruang hotel (susut 101 kamar), yang terbagi ke dalam enam jenis kamar. Hotel ini juga menyediakan restoran Cafe Betawi, 6 ruang rapat dan 2 ballroom dan bahkan kolam renang.
Data dan fakta
Nama lama | Hotel Jayakarta Tower |
Alamat | Jalan Hayam Wuruk No. 126 Tamansari, Jakarta Barat, Jakarta |
Lama pembangunan | Juni 1969 – April 1973 (Gedung Jayakarta) selesai dibangun 1977 (Jayakarta SP Hotel) 1980 – 1982 (Jayakarta Plaza) |
Jumlah lantai (Gedung Jayakarta 1973) | 4 lantai |
Jumlah lantai (Jayakarta SP Hotel) | 21 lantai |
Jumlah lantai (Jayakarta Plaza) | 9 lantai |
Jumlah kamar (Jayakarta SP Hotel) | 334 kamar |
Jumlah unit (Jayakarta Plaza) | 95 unit (apartemen) 275 unit (pertokoan) |
Biaya pembangunan (Jayakarta SP Hotel) | Rp. 9,5 milyar (1978) Rp. 324,9 milyar (inflasi 2023) |
Referensi
- “Hotel 9 Tingkat Dibangun di Djl. Hajam Wuruk.” Sinar Harapan, 25 Juni 1969, hal. 2
- ph (1969). “Jayakarta” Hotel Sembilan Tingkat Segera Muntjul di Hayam Wuruk.” KOMPAS, 25 Juni 1969, hal. 2
- “Profil Emiten: Pudjiadi & Son Estate.” Harian Ekonomi “Neraca,” 17 April 1990, hal. 5
- “Not just a pretty face but a big help too” (Tidak hanya berparas cantik, tetapi banyak memberi bantuan). The Straits Times (Singapura), 1 Juni 1978, hal. 9. Diakses dari NLB Singapura.
- “Supermarket di Jl. Hayam Wuruk.” KOMPAS, 18 Maret 1974, hal. 2
- Nurhajati Kurnia; Wong Tung To (2003). “Perintis Ritel Modern Indonesia: Memoar Pendiri Grup Hero.” Jakarta: Yayasan Kurnia Jakarta. Halaman 116, 118
- Halaman terkait Grup Pudjiadi:
- Halaman resmi Pudjiadi Prestige, diakses 5 Februari 2023 (arsip)
- Annual Report Pudjiadi Prestige 2014, diakses 5 Februari 2023 (arsip)
- Halaman resmi Pudjiadi & Sons, diakses 5 Februari 2023 (arsip 2014)
- Annual Report Pudjiadi & Sons 2021, diakses 5 Februari 2023 (arsip)
- Halaman resmi Hotel Jayakarta SP, diakses 5 Februari 2023 (arsip)
- “Wawancara Sjukur Pudjiadi: Membangun Imperium Bisnis Secara Konservatif.” Majalah Bisnis Properti (Panangian) No. 2, Oktober 2003, hal. 24-28
- Hadi Prasojo (2003). “Laju Bisnis Sang Naga Indramayu”. Majalah Bisnis Properti (Panangian) No. 2, Oktober 2003, hal. 14-15
- “Jayakarta Tower, a Towering Experience” (Jayakarta Tower, pengalaman yang tinggi). Travel Indonesia Vol. 5 No. 3, Maret 1983, hal. 15-16
- “Ijin supermarket masih terbuka bagi pribumi.” Suara Karya, 15 Februari 1980, hal. 8