Last updated on 5 Mei 2023

Berdiri di timur Terminal Blok M dan Blok M Square, Pasaraya, atau dulunya disebut “Pasaraya Sarinah Jaya”, “Pasaraya Big & Beautiful”, “Pasaraya Grande” dan “Pasaraya the Pride of Indonesia” adalah pusat bisnis besar di Blok M Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang dimiliki dan dikelola oleh ALatief Corporation sejak tahun 1981.
Pusat bisnis ini terdiri dari 3 gedung, yaitu dua bangunan pusat belanja dan Menara Sentraya, yang merupakan bangunan kantor berlantai 37 yang berdiri di atas bekas gedung parkir Pasaraya Blok M, dengan total diklaim mencapai 100 ribu meter persegi (2010). Selama beberapa tahun terakhir, setelah lebih dari 40 tahun beroperasi dan diperuas sebagai pusat belanja yang menyasar kalangan atas (sebagai pesaing dari Aldiron Plaza, Plaza Blok M dan Pasar Melawai), sejak 2019, Pasaraya Blok M kini sudah beralih fungsi menjadi campuran kantor dan ritel.
Gedung Barat/Gedung A/”West Building” (1981-1986)

Pasaraya awalnya bernama Sarinah Jaya, sebuah department store dan perusahaan eksportir bentukan Abdul Latief, eks pejabat bidang perencanaan Sarinah yang keluar dari BUMN departemen store itu di awal 1970an setelah rencana kerjanya ditolak oleh pejabat teras karena dianggap terlalu progresif. Nama tersebut diambil sebagai gabungan kata “pasar” dan “raya”, yang diartikan sebagai sebuah pasar yang sangat besar. Pada awal 1980an, Sarinah Jaya membangun pusat belanja baru di lahan seluas 2.255 m2 Blok M Kebayoran Baru.
Gedung berbentuk trapesium pendek tersebut selesai dibangun 10 November 1981; untuk merayakan penyelesaian gedung tersebut, diadakan syukuran dan penandatanganan kerjasama penjualan barang-barang usaha mikro, kecil dan menengah yang dihadiri oleh Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo. Pusat belanja yang investasinya menelan biaya 4,7 milyar rupiah (1981, setara Rp. 117,5 milyar nilai 2022) akhirnya dibuka pada tanggal 17 Desember 1981.
Tahap pertama pembangunan Pasaraya Sarinah Jaya ini terdiri dari lima lantai dan satu rubanah/basement dengan luas lantai total 11.400 m2, dimana pengelolaan pusat belanjanya diurus secara satu atap dari Sarinah Jaya. Berikut merupakan jajaran penghuni lantai Pasaraya Sarinah Jaya saat dibuka pada 17 Desember 1981:
Lantai (struktur/mall) | Produk |
Basement | Pusat jajanan serba ada dan supermarket |
1/Dasar | Kosmetika, perhiasan, tas, busana pria |
2/1 | Busana wanita, sepatu, mainan anak-anak |
3/2 | Pusat Batik Sarinah Jaya |
4/3 | Pusat Rotan Sarinah Jaya |
5/4 | Toko buku, kacamata, kamera, alat elektronik, salon |
Segera setelah konstruksi tahap pertama, pengelola Pasaraya Sarinah Jaya melakukan pembangunan perluasan tahap kedua yang memiliki luas dan lapisan lantai yang lebih besar, dengan sekitar 10 lantai dan 1 basement dan luas lantai total (kemungkinan digabung dengan tahap pertama) 42 ribu m2. Ditengah pembangunan tahap kedua Pasaraya, petaka besar terjadi.

Sebuah kebakaran hebat melanda Pasaraya Sarinah Jaya pada tanggal 22 Oktober 1984, diawali dari adanya korsleting listrik yang memicu kobaran api di bak sampah gedung sekitar jam dua siang, menyebar dengan cepat ke lantai-lantai sekitar melalui celah-celah dan baru bisa dijinakkan pada jam sembilan malam. Kebakaran tersebut menghanguskan lantai 3-5 gedung tahap pertama dan keseluruhan gedung tahap kedua yang sedang dalam tahap konstruksi. Kerugian kebakaran tersebut ditaksir mencapai 17 milyar rupiah (1984)115 milyar nilai 1985, menurut laporan Berita Buana pada 26 Februari 1985, menurut laporan Majalah SWA mengenai ALatief Corporation terbitan Juni 1995. Tidak ada laporan korban jiwa dari kejadian ini walau dikabarkan ada 60 orang yang terjebak di atap lantai teratas gedung yang kemudian telah diselamatkan oleh petugas keamanan. Saat itu, Pasaraya Sarinah Jaya, seperti halnya gedung-gedung niaga di tahun 1980an, belum dilengkapi sprinkler dan alarm.
Kejadian tersebut hanyalah salah satu episode dari masa-masa terapes Sarinah Jaya dan Abdul Latief; dua minggu kemudian, outlet Sarinah Jaya di Thamrin diamuk si jago merah. Namun, Latief tidak patah arang. Dengan masih dibukanya outlet Sarinah Jaya di Pasar Baru dan Pluit, serta penjualan aset Latief di Singapura ke investor lain, Sarinah Jaya punya dana cukup buat merenovasi dan melanjutkan pembangunan Pasaraya Blok M yang hancur itu. Ia kembali dibuka pada 27 Februari 1985, satu per satu lantai.
Sementara gedung tahap kedua berlantai 10 dan 1 basement tersebut, dengan biaya pembangunan total 37 milyar rupiah, rampung pembangunannya akhir 1985, molor dari rencana awal yang ditentukan, yaitu 11 Maret 1985, dan diresmikan oleh Menteri Perdagangan Rachmat Saleh pada tanggal 17 Maret 1986.
Secara perancangan – menurut Abdul Latief kepada majalah Infopapan pada tahun 1986 – sebagai superstore alias pasar raya modern pertama di Indonesia, saat itu merupakan gebrakan, mulai dari pengguna eksterior keramik pertama di Indonesia (yang disusul oleh gedung-gedung lain baik swasta maupun pemerintah), penghapusan penggunaan jendela di lantai teratas gedung hingga pemanfaatan rekayasa lalu lintas pengunjung (mengandalkan 2 lift dan 26 eskalator) dan penempatan etalase yang sesuai untuk selera pembeli Jakarta saat itu. Dengan pengunjung harian sempat menyentuh 120 ribu orang, suasana tidak terasa sesak berkat strategi yang disebut diatas. Gebrakan lain yang juga disebut oleh Abdul Latief (di harian Suara Karya) adalah penggunaan window display atau pajangan barang di jendela yang menurutnya pertama di Indonesia.

Pada tahun 1991, lantai ketujuh gedung tahap pertama Pasaraya yang awalnya digunakan sebagai balai sidang dialihfungsikan sebagai teater berkapasitas 800 orang. Tidak ada informasi kapan teater ini tidak digunakan lagi.
Kebakaran kembali melanda gedung barat Pasaraya Sarinah Jaya pada dinihari 13 April 1993 jam 00.40. Kebakaran diawali dari korsleting listrik dari instalasi lampu neon yang serampangan di lantai 6 (toko buku dan alat elektronik, asumsi lantai struktur) dan menjalar cepat ke lantai 7 dan 8. Pemadam kebakaran, terdiri dari 28 truk dari semua lima wilayah pemadam kebakaran DKI Jakarta, baru berhasil menjinakkan kebakaran kedua Pasaraya sekitar jam 10 pagi. Kerugian akibat kebakaran ditaksir mencapai 5 milyar rupiah (1993, setara Rp. 49 milyar nilai 2022).
Per tahun 1996, karena perkembangan Pasaraya yang semakin elit, Gedung Barat mulai diisi oleh nama-nama nasional maupun global. Catatan Sejarah Pusat Perbelanjaan Jakarta yang mimin SGPC tarik mengatakan bahwa pengisinya masih merupakan toko-toko bahan kerajinan lokal, tetapi toko jeans Levi’s, supermarket Hero (sejak 1996 hingga 2000an) dan ACE Hardware (28 September 1996 – 31 Desember 2021) juga ikut mengisi Gedung Barat.
Per 2019, muncul rencana dari Pasaraya untuk membangun gedung baru di atas bekas Gedung Barat.
Gedung Timur/Gedung B/”East Building” dan Gedung Teater (1995-2001)

Perkembangan Pasaraya Blok M tak berhenti sampai disitu saja. Pada tahun 1990, Pasaraya mendapat lahan ruislag dari Kementerian Luar Negeri lewat tender yang diperebutkan 8 perusahaan swasta di babak akhir tender; untuk mendapatkan lahan yang ditempati apartemen Kemlu tersebut, pihak Pasaraya harus merenovasi Gedung Kementerian Luar Negeri dan membangun kawasan perumahan Kemlu di Jagakarsa dan Cipulir.
Awalnya, di lahan hasil ruislag tersebut akan dibangun sebuah “superblok”, mengikuti tren yang terjadi di zaman Dilan, yaitu pusat belanja berlantai 8, hotel dan apartemen berlantai 20 dengan jumlah kamar 420 buah dan 186 unit apartemen. Secara keseluruhan “superblok” gedung timur ini dirancang oleh tim arsitek dari Raymond Hsu & Associates bersama dengan PT Kreasi Arsiva Indonesia, dan strukturnya diurus oleh Wiratman & Associates, dengan gaya arsitektur modern. Pihak Pasaraya saat itu berkeinginan menambah ornamen dan lukisan di interiornya untuk memperkuat nuansa Nusantara untuk perluasan gedung ini. Perkembangan terkini, Pasaraya punya hotel sendiri di sebelah Gedung Timur Pasaraya Blok M, sehingga rencana ini tidak perlu direalisasi.
Tetapi pembangunan gedung perluasan yang direncanakan ditempati oleh department store asal Jepang, Seibu, itu baru terealisasi pada awal tahun 1994. Pembangunan gedung perluasan yang dilaksanakan oleh PT Pembangunan Perumahan berlangsung dari Januari 1994 hingga selesai sepenuhnya pada bulan Januari 1996; namun Seibu sudah menempati gedung yang belum rampung itu pada Agustus 1995. Dengan selesainya tahap kedua yang diperkirakan menghabiskan investasi senilai 250 juta dolar AS (1995), total luas lantai yang ada mencapai sekitar 122 ribu meter persegi (data Bisnis Indonesia Maret 1986 dan SWA 1995). Pemilihan Seibu sebagai rekan kerja Pasaraya cukup masuk akal karena di department store itulah Latief mendalami ilmu manajemen pusat belanja sebelum membentuk Pasaraya Sarinah Jaya.
Saat itu Seibu menempati empat lantai pertama gedung timur dengan luas lantai bersih 12 ribu m2, menjajakan produk-produk kosmetik dan busana bermerek internasional, kontras dengan fokus lokal Pasaraya Gedung Barat. Lantai 1 (dasar) dialokasikan untuk produk busana dan kosmetika internasional, lantai 2 (lantai 1) khusus busana wanita, lantai 3 (lantai 2) untuk busana pria dan anak-anak persembahan nama-nama terpandang dan lantai 4 (lantai 3) menawarkan produk rumah tangga kepada para pembeli.
Selain Seibu, merk-merk asing yang didatangkan oleh Pasaraya untuk pusat belanja berlantai 9 dan 2 basement itu terdiri dari Maruzen (toko buku dan alat tulis & kantor, 1996-2003an) dan Best Denki (elektronik). Sayangnya, krisis moneter dan surutnya minat investor pada kawasan Blok M membuat Pasaraya ikut terdampak, dan sejak itulah Seibu meninggalkan Pasaraya mulai Tahun Baru 1998 – dan hadir lagi ke Indonesia melalui Grand Indonesia dan Pondok Indah Mall. Maruzen dan Best Denki menyusul setelahnya. Sebagai penggantinya, per 2000an awal Agis Electronics, Toys R Us dan Kidz Station akhirnya menempati lantai-lantai teratas pusat belanja berusia 20 tahunan itu, dan pada waktu tertentu stasiun TV milik Latief, Lativi, pernah menggunakan ruang pertokoan Pasaraya sebagai studio (catatan SPPJ).

Pada tahun 2000-2001, Pasaraya menambah lantai gedung timur dari 9 menjadi 11 lantai (selanjutnya 13), dan gedung parkirnya dari 4 lantai menjadi 11 lantai, sudah termasuk adanya bioskop MPX Grande di lantai 10 (lantai 9) – sehingga gedung ini bernama “Theatre Building” alias “Gedung Teater”. Penambahan tersebut menambah jumlah kapasitas parkir di sana dari 800 kendaraan roda empat menjadi 1.200 kendaraan roda empat. Kontraktor Total Bangun Persada dan Pulau Intan Baja Perkasa secara keroyokan meninggikan parkiran mal ini. Per pertengahan 2000an, berikut merupakan jajaran penghuni baik gedung Barat maupun Timur Pasaraya Blok M:
Lantai (struktur/mall) | Penghuni gedung Barat (1986) | Penghuni gedung ex-Seibu (1995) | Penghuni gedung parkir Grande Theatre |
B3 | TIDAK ADA | Kosong | TIDAK ADA |
B2 | TIDAK ADA | Ace Hardware, toko ponsel dan | TIDAK ADA |
B1 | Pusat jajanan serba ada | Pusat jajanan serba ada dan Supermarket Hero | TIDAK ADA |
1/Dasar | Kosmetika dan perhiasan | Kosmetika merk global | Grande Trade Centre |
2/1 | Busana wanita dan aksesoris | Busana internasional | Parkir |
3/2 | Busana wanita dan anak-anak | Busana wanita dan remaja | Parkir (2A dan 2B) |
4/3 | Busana pria | Busana pria | Parkir |
5/4 | Busana batik dan Muslim | Busana batik dan Muslim | Parkir |
6/5 | Bursa kerajinan tangan Indonesia | Toys ‘R’ Us, Kidz Station, toko perabotan dapur | Parkir |
7/6 | Toko olahraga | Agis Electronics, Pasaraya Records, Grande Books | Arena billiar dan bowling |
8/7 | Kosong | Kosong | Sasana kebugaran |
9/8 | Kantor Pasaraya Blok M | Kosong | Kosong |
10/9 | Kantor ALatief Corporation | Kosong | Bioskop MPX Grande |
11/10 | TIDAK ADA | Kosong | Kosong |
12/11 | TIDAK ADA | Kosong | TIDAK ADA |
13/12 | TIDAK ADA | Kosong | TIDAK ADA |
Sayangnya, di era “Gedung Seibu”, seperti yang dijelaskan di paragraf sebelumnya, pamor Blok M yang turun berimbas ke Pasaraya, dan beberapa kali berganti nama dan sasaran pasar (Mega Pasaraya, Pasaraya Grande dan Pasaraya The Pride of Indonesia). Pada bulan Agustus 2008, Pasaraya sempat mati listrik setelah terjadi ledakan yang diduga bersumber dari panel listrik.
Pada tahun 2015, Pasaraya berhasil mengembalikan Matahari ke Blok M, yang dibuka secara resmi di ruang ritel seluas 12.400 m2 pada tanggal 12 Juni 2015; karena Matahari tidak bisa mendulang untung di tempat ini, gerai tersebut tutup pada 30 September 2017. Selang tiga bulan, Pasaraya berhasil menggaet Transmart-Carrefour, menempati ruang seluas 4.800 m2.
Menara Sentraya dan era perkantoran (2012)

Pada tahun 2012, setelah bioskop MPX Grande ditutup karena tak sigap pada perubahan peta kompetisi industri bioskop tanah air, Pasaraya memutuskan membangun gedung kantor diatas bekas Gedung Teater berusia 11 tahun yang akhirnya dibongkar.
Gedung rancangan arsitek dari Urbane Indonesia, Ridwan Kamil, mulai dibangun pada 18 April 2012 melalui sebuah upacara pencangkulan lahan (groundbreaking). Gedung kantor berstatus campuran sewa dan jual (rasio 30-70) itu dicanangkan oleh para pengembang menyasar kalangan usaha teknologi alias para Dilanowcy yang ingin kepraktisan bekerja dan berkegiatan di satu lokasi.
Menara Sentraya memiliki 37 lantai, 4 ruang bawah tanah dan menyediakan ruang perkantoran seluas 71 ribu meter persegi; total mencapai 228 ribu m2. Gedung tersebut tutup atap pada 29 Oktober 2014; catatan Colliers menyatakan bahwa sejak 2015 Menara Sentraya sudah resmi digunakan.
Kesulitan pihak Pasaraya mengisi ruang pertokoannya dan dugaan bahwa menjamurnya bisnis perdagangan secara daring yang menggerogoti perdagangan konvensional membuat mereka mengeluarkan gebrakan yang tidak biasa. Walau mereka memiliki Menara Sentraya, ruang toko eks Seibu di gedung timur pun akhirnya disulap menjadi ruang kantor sejak operator ojek daring Go-Jek pindah kantor ke gedung ini mulai tahun 2016, dan sejak 2019 pihak Pasaraya memasarkan gedungnya sebagai sebuah pusat kreatif baru (New Creative Hub dalam bahasa South Jakartan English).
Data dan fakta
Alamat | Jalan Iskandarsyah Raya No. 1A Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jakarta |
Gedung A (Barat)
Selesai dibangun (tahap 1) | November 1981 |
Selesai dibangun (tahap 2) | Maret 1986 |
Dibuka (tahap 1) | 17 Desember 1981 |
Diresmikan (tahap 2) | 17 Maret 1986 |
Jumlah lantai | 10 lantai 1 basement |
Biaya pembangunan (tahap 1) | Rp. 4,7 milyar (1981) Rp. 117,5 milyar (inflasi 2022) |
Biaya pembangunan (tahap 2) | Rp. 37 milyar (1986) Rp. 630 milyar (inflasi 2022) |
Gedung B (Seibu/Timur)
Arsitek | Raymond Hsu & Associates (arsitektur) Kreasi Arsita Indonesia (architect of record) Wiratman & Associates (struktur) |
Pemborong (awal) | Pembangunan Perumahan |
Lama pembangunan (awal) | Januari 1994 – Januari 1996 |
Jumlah lantai | 13 lantai 2 basement |
Biaya pembangunan (tahap 1) | Rp. 554 milyar (1995) Rp. 4,5 triliun (inflasi 2022) |
Menara Sentraya
Arsitek | Ridwan Kamil (Urbane Indonesia) |
Pemborong | Total Bangun Persada |
Lama pembangunan | April 2012 – 2015 |
Jumlah lantai | 37 lantai 4 basement |
Referensi
- Drs. Abdul Latief (1986). “Superstore = Pasaraya”. Majalah Infopapan No. 7, Juli 1986, hal. 10-14
- IR (1991). “Teater Pasaraya.” Majalah SWA No. 1/VII, April 1991, hal. 130
- pr (1981). “Pasaraya Pasarkan Hasil Produksi 750 Industri.” KOMPAS, 11 November 1981, hal. 3
- Gst (1981). “Pusat Perbelanjaan Dengan Satu Management.” KOMPAS, 8 Desember 1981, hal. 2
- D-3 (1981). “Kerjasama Penjualan Hasil Industri Kecil di Pasaraya.” Suara Karya, 11 November 1981
- T-4/GW (1981). “Tjokropranolo Resmikan Tempat Perbelanjaan Berlantai V.” Sinar Harapan, 13 November 1981
- D-3 (1981). “Pasaraya di Blok M, Pertama di Indonesia.” Suara Karya, 9 Desember 1981
- D-3 (1981). “Pasaraya Sarinah Jaya” (keterangan foto). Suara Karya, 10 Desember 1981
- Sinar Harapan, 17 Desember 1981 (iklan Pasaraya Sarinah Jaya)
- “Pusat Pertokoan Sarinah Jaya Terbakar”. Sinar Harapan, 23 Oktober 1984, hal. 1, 12
- P-6 (1984). “Kebakaran Pasaraya Sarinah Cobaan Sekaligus Pelajaran.” Sinar Harapan, 28 Oktober 1984, hal. 1, 11
- Berita Buana; ANTARA (1985). “Pasar Sarinah Jaya Mulai Dibuka Tgl. 27 Pebruari 1985.” Berita Buana, 26 Februari 1985
- “Jendela Latief Dibuka.” TEMPO, 2 Maret 1985
- “Dibuka Kembali” (keterangan foto). Berita Buana, 28 Februari 1985
- “Peresmian Sarinah Jaya.” Bisnis Indonesia, 18 Maret 1986
- agd/Colliers Jardine (1995). “Bisnis Properti ’95 Versi Colliers Jardine”. Media Indonesia, 8 Desember 1995
- as, rie, dar, et al. “Menkeu: Ruislag Sah, Asalkan Prosesnya tak Rugikan Negara”. KOMPAS, 20 Agustus 1992
- Nurhajati Kurnia; Wong Tung To (2003). “Perintis Ritel Modern Indonesia: Memoar Pendiri Grup Hero.” Jakarta: Yayasan Kurnia Jakarta. Halaman 118
- Saptiwi Djati Retnowati (1991). “Pembangunan Gedung Baru Deplu: Dengan melestarikan Gedung Pancasila.” Majalah Konstruksi No. 158, Juni 1991, hal. 54-55
- Advertorial (1996). “Menyambut Go Public Pasaraya: Semakin Profesional Dalam Bisnis ‘Retail’.” KOMPAS, 5 Juni 1996, hal. 21
- Ari Prastowati; J.B. Soesetiyo (1995). “Di Timur Mentari Mulai Bercahya”. Warta Ekonomi, 3 April 1995, hal. 27-28
- Ita Rosita (1995). “Menambah Outlet Merebut Konsumen.” Warta Ekonomi, 4 Desember 1995, hal. 26
- Nukman Luthfie; Umniyati Kowi (1995). “Kepak Sayap Rajawali ALatief Corp.” Majalah SWA No. 3/XI, Juni 1995, hal. 62-64
- Rakhidin (2000). “Proyek Pengembangan Gedung Parkir Pasaraya Blok M: Diupgrade Dari 4 Lantai Menjadi 10 Lantai.” Majalah Konstruksi, Januari-Februari 2000, hal. 33-36
- Adisti Dini Indreswari (2015). “Pasaraya mengajak Matahari masuk Pasaraya.” KONTAN, 13 Juni 2015. Diakses 4 April 2022 (arsip)
- Ropesta Sitorus (2015). “Matahari Buka Gerai Ke-138 di Pasaraya Blok M.” Bisniscom, 13 Juni 2015. Diakses 4 April 2022 (arsip)
- Miftah Ardhian (2017). “Matahari Tutup Gerai di Pasaraya Manggarai & Blok M Karena Mal Sepi.” Katadata, 16 September 2017. Diakses 4 April 2022 (arsip)
- gah/ndr (2008). “Pasaraya Grande Gelap Gulita.” Detikcom, 7 Agustus 2008. Diakses 4 April 2022 (arsip)
- Puti Aini Yasmin (2017). “Transmart Pasaraya Blok M Resmi Dibuka, Ini Daftar Promonya.” Detikcom, 8 Desember 2017, diakses 4 April 2022 (arsip)
- Arsip halaman resmi Total Bangun Persada, diarsip 3 November 2018
- Arsip halaman resmi PT PP, diarsip 2 Juli 2003
- Hafiyyan; Dwi Nicken Tari (2021). “Alasan Gerai Ace Hardware Blok M Ditutup, Beroperasi Sejak 1996.” Bisniscom, 30 Desember 2021. Diakses 4 April 2022 (arsip)
- Nadia Felicia (editor) (2010). “Ambisi Pasaraya Untuk Kembali Jadi Legenda.” KOMPAScom, 21 Oktober 2010. Diakses 5 April 2022 (arsip)
- “Ritel Asing: Lewat Waralaba pun Jadi.” Majalah Properti Indonesia No. 27, April 1996, hal. bonus 8-9
- Nur Januarita Benu (2012). “Menara Sentraya, Perkantoran Tertinggi di Blok M.” Okezone, 18 April 2012. Diakses 6 April 2022 (arsip)
- Fatia Qanitat (2014). “Gedung Perkantoran: Menara Sentraya Beroperasi Maret 2015.” Bisniscom, 29 Oktober 2014. Diakses 6 April 2022 (arsip)
- Imam Muzakir; Feri Anwar Hidayat (2014). “Investasi US$ 100 Juta, Menara Sentraya Beroperasi Maret 2015.” Beritasatu, 30 Oktober 2014. Diakses 6 April 2022 (arsip)
- Halaman resmi Menara Sentraya, diakses 6 April 2022 (arsip)
- Halaman resmi Urbane Indonesia, diakses 6 April 2022 (arsip)
- Putri Salsabila (2019). “Pasaraya Blok M Berubah Jadi New Creative Hub.” Bisniscom, 22 Mei 2019. Diakses 6 April 2022 (arsip)
- Ferry Salanto (2015). “Research & Forecast Report: Jakarta Offices Q4 2015.” Colliers International, diarsip 22 Agustus 2016
- Arsip halaman resmi Pasaraya Grande/The Pride of Indonesia:
- rx; yp (1993). “Pasar Raya Blok M Terbakar.” Berita Buana, 14 April 1993
- “Api Sejak Dini Hari Tadi Terus Berkobar: Pasaraya Sarinah Jaya Blok M Terbakar Lagi.” Suara Pembaruan, 13 April 1993, hal. 1
- Yat; Arm; Ush (1993). “Tidak Ada Sabotase dalam Kebakaran Pasaraya.” Media Indonesia, 14 April 1993
- Wdh (1993). “Kebakaran Pasaraya Blok M Akibat Lalainya Pengelola.” Media Indonesia, 27 April 1993
- Saptiwi Djati Retnowati (1993). “Info Proyek: Hotel Milik Pasaraya.” Majalah Konstruksi No. 177, Januari 1993, hal. 82
- Advertorial (1995). “Jakarta Seibu: Pusat Belanja Bertaraf Internasional.” KOMPAS, 18 November 1995, hal. 15
- ch (1984). “Ketabahannya Diuji Lagi.” KOMPAS, 24 Oktober 1984, hal. 1
- ak/pr/we (1984). “Gedung Sarinah Jaya Tidak Dilengkapi Sprinkler dan Alarm.” KOMPAS, 24 Oktober 1984, hal. 3
- Arsip halaman resmi Wiratman & Associates, diarsip 16 Februari 2001
- Advertorial (1993). “Pasaraya: Pusat Perbelanjaan Masa Datang.” TEMPO, 13 Maret 1993, hal. 57-60
- Hadi Prasojo (1998). “Bendera Asing Masih Berkibar.” Majalah Properti Indonesia No. 51, April 1998, hal. 38