
Berlokasi sangat dekat dengan eks Bandar Udara Adisucipto Yogyakarta, Hotel GQ di Maguwoharjo, Sleman, adalah hotel bintang tiga yang dimiliki dan dikelola oleh PT Griya Asri Hidup Abadi secara independen sejak 2005 dan beroperasi dari tahun 1992 hingga 2020 dengan nama-nama berbeda dan kepemilikan yang berbeda pula.
Sejarah awal dari hotel ini berkaitan dengan booming hotel di Yogyakarta pada kurun awal 1990an sebagai jawaban atas meningkatnya kunjungan wisatawan di provinsi itu. Proyek hotel ini di awal keberadaannya dikembangkan dan dimiliki oleh PT. Puri Lestari Indah Pratama, anak perusahaan Elang Realty yang kini bernama Bakrieland Development, dan dibangun oleh Wijaya Karya mulai Oktober 1990 hingga selesai dibangun sekitar Maret 1992 (bila memang sesuai jadwal) dan grand opening pada Juli 1992 sebagai Hotel Belmont Prambanan (sebelum peresmian dinamai “Fairmont Prambanan”. Nama tersebut dipilih karena awalnya hotel ini dikelola oleh Belmont International dari Singapura, dan desain arsitekturnya yang terilhami dari Candi Prambanan. Proyek ini menghabiskan biaya Rp. 57,6 milyar rupiah.
Pengelolaan selanjutnya diserahkan ke Aquila International Hotels & Resort asal Singapura dan berganti nama menjadi “Hotel Aquila Prambanan” hingga tahun 1999, saat nama hotel berganti ke Hotel Quality Yogyakarta. Kepemilikan Bakrieland di Hotel Quality berakhir dengan dijualnya hotel tersebut ke PT Griya Asri Hidup Abadi (GAHA) pada 30 Juni 2005.
Di bawah pengelolaan PT GAHA, nama hotel berlantai 9 tersebut berganti nama lagi menjadi Hotel Grand Quality, selanjutnya diperpendek sebagai Hotel GQ Yogyakarta, hingga sejak 2 April 2020 hotel tersebut menjadi korban dari pandemi COVID-19 yang membuat industri pariwisata babak belur.
Arsitektur, struktur dan profil hotel

Kiat Karsindo Consultants menjadi perancang arsitektur hotel berlantai 9, dengan Susanto Ciptajaya Corporation sebagai perancang struktur dan interiornya oleh RTCP dari Malaysia. Seperti yang SGPC jelaskan sebelumnya, rancangan Hotel GQ terinspirasi dari Candi Prambanan, yang jaraknya beberapa kilometer timur hotel ini, namun tidak bisa lebih tinggi (33,4 meter) karena dekat bandara.
Lokasinya yang didominasi sawah dan gedung berlantai rendah membuat hotel ini dirancang dengan bentuk teras ke belakang dan setback (undakan) yang menjauh ke belakang juga. Keberadaan undakan juga menyediakan balkon santai bagi tamu, setidaknya untuk hadapan selatan (pemandangan Bandara Adisucipto). Setiap lantai memiliki kanopi atap genteng, dan dipuncaki atap joglo untuk menegaskan arsitektur Jawa. Interiornya didominasi oleh keberadaan relief secara simbolis dan juga memiliki lift kapsul di lobi. Total luas lantai adalah 17.057 m2.
Saat terakhir operasional pada 2020, Hotel GQ memiliki 192 kamar (susut dari rencana awal 220 kamar, terdiri dari 74 cottage, 179 deluxe, 8 junior suite, 4 executive suite dan 1 Presidential), terbagi ke tipe deluxe dan tiga suites: honeymoon, executive dan Presidential. Hotel ini terakhir menawarkan fasilitas restoran yang menarik seperti Dimsum, Serayu (Tiongkok) dan Nagoya (Jepang), fasilitas kolam renang dan ruang rapat yang dinamai setelah nama-nama lokasi di Yogyakarta (Gebang, Boko, Plaosan, Sambisari, Sewu dan ballroom Kalasan).
Data dan fakta
Alamat | Jalan Adisucipto No. 48 Depok, Kab. Sleman, DI Yogyakarta |
Arsitek | Kiat Karsindo Consultants (arsitektur) Susanto Ciptajaya Corporation (struktur) |
Pemborong | Wijaya Karya |
Lama pembangunan | Oktober 1990 – Maret 1992 |
Diresmikan | Juli 1992 |
Ditutup | 2 April 2020 |
Jumlah lantai | 8 lantai 1 basement |
Tinggi gedung (Konstruksi) | 33,4 meter |
Jumlah kamar | 192 |
Biaya pembangunan | Rp. 57,6 milyar (1992) Rp. 613 milyar (inflasi 2022) |
Referensi
- Saptiwi Djati Retnowati (1991). “Fairmont Prambanan Hotel.” Majalah Konstruksi No. 161, September 1991, hal. 63
- Saptiwi Djati Retnowati; Sorita (1991). “Hotel Belmont Prambanan.” Majalah Konstruksi No. 164, Desember 1991, hal. 77-78
- Slamet Subagyo; M. Taufiqurohman (1991). “Berani Tampil Beda dan Unggul.” Majalah Prospek, 21 Desember 1991, hal. 25
- Slamet Subagyo; M. Taufiqurohman (1992). “Bagai Jamur di Yogya”. Majalah Prospek, 14 Maret 1992, hal. 29
- Advertorial (1995). “Grup Elang Konglomerasi Baru dengan Proyek-Proyek Prestisius.” Majalah Properti Indonesia No. 20, September 1995, hal. 99-104
- Arsip halaman resmi Hotel GQ Yogyakarta sebelum tutup:
- Annual Report Bakrieland 2005, diarsip 24 Juli 2014
- Prospektus IPO Bakrieland, 1997, diakses 11 Februari 2022 (arsip). Halaman 49-50, 52
- Danar Widiyanto (2020). “Enam Bulan Menganggur, Pekerja Minta GQ Hotel Buka Operasional Lagi.” Kedaulatan Rakyat, 3 November 2020. Diakses 11 Februari 2022 (arsip)