Last updated on 26 Maret 2023

Pusat Desain Jakarta, nama lokalan dari Jakarta Design Centre (JDC) (karena dunia arsitektur masa kini cukup resisten dengan berbahasa Indonesia), berlokasi tepat di antara kantor Bangun Tjipta, BNI Corporate University Slipi dan Apartemen Semanggi, adalah sebuah pusat perbelanjaan yang mengkhususkan diri ke dunia desain interior dan arsitektur di kawasan Slipi, Jakarta.
Ide awal dari pembangunan Jakarta Design Centre diilhami dari ketiadaan sebuah pusat perbelanjaan dan pameran arsitektur di Indonesia. Hal ini dirasakan betul oleh direktur Cipta Paramula Sejati saat itu, Meilono Soewondo, yang keteteran mencari bahan material yang sesuai dengan kebutuhan interior mereka, padahal di kota-kota metropolitan global, “supermarket” desain dan pusat pameran desain merupakan sesuatu yang sangat penting. Ide tersebut banyak menerima dukungan dari pejabat pemerintah, baik dari Ery Tjahjadipura (Kepala Dinas Tata Kota DKI di tahun 1989), Ginanjar Kartasasmita (Kepala BKPM di tahun 1989) dan Hartarto Sastrosoenarto (Menteri Perindustrian 1988-1993).
JDC memiliki luas lantai sebesar 24 ribu meter persegi, ditempati oleh sekiranya seratusan organisasi, toko-toko dan jasa arsitektur interior maupun eksterior yang memamerkan produk-produk yang akan diaplikasikan ke dalam rumah maupun bangunan. “Pusat perbelanjaan desain” tersebut memiliki 7 lantai dan 1 basement.
Pusat perbelanjaan arsitektur ini dirancang oleh tim arsitek Fajar Datang Gemilang pimpinan Dipl. Ing. Arch. Prijono Maruto (perancang King Plaza di Pasar Baru), dan dibangun oleh pemborong negara PT Pembangunan Perumahan mulai Januari 1989 dan selesai dibangun Mei 1990. Operasional gedung JDC diresmikan pada 16 Maret 1990.
Arsitektur dan struktur
Rancangan usungan Fajar Datang Geilang untuk Pusat Desain Jakarta ironisnya bertolak belakang dengan visinya sebagai pusat perbelanjaan dunia arsitektur. Kaku, besar, masif. Elemen kaca hanya bisa didapat di bagian tertentu seperti pada jendela lantai 7, sudut-sudut bangunan dan arch. Hal ini muncul karena bagi pihak perancang, unsur eksterior hanya sebagai ‘clear architecture’, atau dalam bahasa SGPC, pemanis belaka. Hal ini dikarenakan fungsinya sebagai pusat perbelanjaan dan pameran arsitektur dan interior. Eksterior bangunan dilapisi oleh glazal berwarna putih, diimpor dari Belgia, dengan lapis kaca warna kecokelatan untuk sudut dan kaca lexan untuk mosaik arch yang polanya diadopsi dari Vitruvian Man karya Leonardo da Vinci.
Sebaliknya interior memainkan peran penting dalam perancangan gedung ini. Sebagai pusat perbelanjaan arsitektur dan pusat pamer, setiap lantai memiliki lubang alias atrium, yang disela dengan eskalator dari lantai 1-5. Lantai 6 dan 7 hanya bisa diakses dengan lift.
Struktur bangunan tidak ada yang sangat istimewa; pondasi JDC menggunakan tiang pancang berkedalaman kira-kira 12 meter sebanyak 477 tiang. Struktur utama bangunan juga konvensional, yaitu balok yang diprestres dan kolom, bahkan tidak memakai core.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 53 Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Fajar Datang Gemilang (desain arsitektur) Wiratman & Associates (struktur) |
Pemborong | Pembangunan Perumahan |
Lama pembangunan | Juli 1988 – Mei 1990 |
Jumlah lantai | 7 lantai 1 basement |
Biaya pembangunan | Rp. 17 milyar (1990) Rp. 218 milyar (inflasi 2020) |
Referensi
- Vera Trisnawati (1990). “Jakarta Design Center: Pusat informasi interior dan arsitektur”. Majalah Konstruksi No. 145, Mei 1990, hal. 39-45
- Dwi Ratih (1989). “Jakarta Design Center: Sebuah sentra spesifik baru”. Majalah Konstruksi No. 137, September 1989, hal. 8-11
- dpy (1989). “Disambut baik, Pendirian Pusat Desain Jakarta”. KOMPAS, 17 Juni 1989, hal. 2
- Web resmi Jakarta Design Centre, diakses 29 Mei 2020 (arsip)