Last updated on 30 Juni 2023
Apartemen Ascott Thamrin, memiliki gaya arsitektur cukup menarik di bilangan Hotel Indonesia, adalah salah satu dari sedikit apartemen yang dibangun di kawasan Thamrin sebelum 2000an, selain sekumpulan rusun-rusun murah di sekitar Kebon Kacang dan Tanah Abang.
Apartemen ini dikembangkan oleh perusahaan Bumi Perkasa Andhika milik Grup Tigaraksa, yang saat awal dibangun berpatungan dengan perusahaan Singapura Scotts Holding (pemilik merk Ascott), Javana Pte. Ltd. dan Asean Strategic Capital.

Apartemen Ascott dirancang oleh arsitek asal Australia, David A. Sutton, dari Regional Design & Research Ltd., bersama dengan partner lokal dari Cipta Mustika, dan dibangun oleh Decorient Indonesia (sekarang BAM Indonesia) mulai Februari 1993 dan selesai sekitar Mei 1995, dengan soft opening sudah dilakukan pada Februari 1995. Biaya pembangunan total apartemen ini mencapai 93,5 juta dolar AS, atau 197 milyar rupiah nilai 1993.
Apartemen dengan langgam pascamodern ini memiliki 3 blok gedung, terdiri dari blok utara (23 lantai), tengah (20 lantai) dan blok selatan (24 lantai). Blok-blok tersebut memiliki fungsi berbeda, tower utara berfungsi sebagai kondominium, sementara tower tengah dan selatan merupakan serviced apartment. Alasan berubahnya model eksterior blok tengah dibanding blok utara dan selatan adalah sebagai variasi yang menurut arsitek Sutton “akan menghasilkan massa yang amat besar” bila dibuat seragam. Alasan Sutton ini bisa dibilang sebuah kritikan bagi arsitektur apartemen masa kini yang sangat monoton dan seakan sangat besar.
Apartemen Ascott Thamrin, memiliki 202 kamar yang bersifat sebagai serviced apartment, yaitu apartemen yang menyediakan penginapan jangka pendek seperti hotel, dan dilaporkan per Konstruksi edisi Juni 1995, 78 kamar kondominium. Strategi ini, pada masa apartemen di Indonesia dijual, cukup unik karena ada dua jenis apartemen yang ditawarkan (dijual/disewakan). Ascott Thamrin memiliki fasilitas-fasilitas yang setara dengan hotel, termasuk privasi yang jauh lebih terjamin. Keberadaan Grand Indonesia sejak 2007, diyakini memberi nilai plus untuk Ascott Thamrin yang sudah berdiri tegak terlebih dahulu sejak 1995.

Apartemen hak milik terbagi ke dalam enam jenis, yaitu 8 unit studio (66 m2), 21 unit 1 kamar tidur (99 m2), 23 unit 2 kamar tidur (160 m2 dan 175 m2), 21 unit 3 kamar tidur (184 m2 dan 272 m2), 3 unit 4 kamar tidur (297 m2) dan griya tawang sebanyak 2 unit (522 m2); sementara “serviced apartment” Ascott (Agoda/Booking) terbagi ke 78 unit 1 kamar tidur, 72 unit 2 kamar tidur, 46 unit 3 kamar tidur dan 2 griya tawang, tetapi jenis-jenis unit tersebut terbagi lagi ke subjenis lainnya.
Struktur bangunan yang digunakan dalam pembangunan apartemen dengan luas lantai 58 ribu meter persegi ini adalah pondasi rakit, pondasi yang sama digunakan pada tetangga Plaza Indonesia, sementara struktur atas berupa beton bertulang dengan lapis luarnya merupakan lapis beton precast.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Kebon Kacang Raya No. 2 Tanah Abang, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Regional Design & Research Ltd. (arsitek utama) Cipta Mustika (architect of record) |
Pemborong | Decorient Indonesia |
Lama pembangunan | Februari 1993 – Mei 1995 |
Jumlah lantai | 24 lantai |
Jumlah kamar | 202 serviced apartment 78 kondominium 280 total |
Biaya pembangunan | Rp. 197 milyar (1993) Rp. 2 triliun (inflasi 2021) |
Referensi
- Dwi Ratih (1995). “Ascott Towers and Executive Residences, Warna baru apartemen di Jakarta”. Majalah Konstruksi No. 206, Juni 1995.
- Website resmi Ascott Jakarta (arsip)
- Definisi Serviced Apartment dari Forenom (arsip)
- nar (1993). “Tigaraksa Bangun Apartemen Mewah Senilai US$ 93,5 Juta.” Republika, 21 Mei 1993, hal. 3
- Nukman Luthfie (1993). “Menggabung 2 Jurus Pemasaran.” Majalah Prospek, 29 Mei 1993, hal. 49