Last updated on 23 Januari 2023

Gedung berlantai 11 ini merupakan kantor pusat PELNI, BUMN pelayaran nasional Indonesia, sejak 1990, setelah menjalani 15 bulan masa pembangunan dari Mei 1988 hingga selesai pada September 1989, menghabiskan biaya 15,4 milyar rupiah1Versi Majalah Konstruksi. Harian Ekonomi “Neraca” mengutip Dirut PELNI, Rusman Anwar, bahwa biaya konstruksi adalah Rp. 16,1 milyar nilai 1990 dari anggaran PELNI 1987/88, dibangun oleh PT Multi Kontrindo Perkasa, yang saat itu adalah anak usaha Grup Bimantara. Kantor Pusat PELNI diresmikan oleh Menteri Perhubungan Letjen Ir. Azwar Anas pada 24 Maret 1990.
Kantor Pusat PELNI dirancang oleh tim arsitek dari PRW Architects pimpinan Ir. Warman Anwar. Sebelumnya PELNI berkantor di beberapa tempat: Jalan Pintu Air, Jalan Angkasa dan Jalan Bungur. Lokasi di Jalan Angkasa yang dipersempit oleh pelebaran jalan kini menjadi kantor PELNI Kemayoran.
Inspirasi kapal bagi Kantor Pusat PELNI

Pelabuhan Sunda Kelapa, 28 Juni 2008, foto oleh Danumurthi Mahendra, CC-BY-SA 2.0
Gedung yang kasat mata terlihat menyatu ini, memiliki tiga blok. Blok A adalah kantor utama PELNI sendiri dengan 10 lantai, Blok B adalah kantor anak perusahaan PELNI dengan 5 lantai, dan Blok C yang terpendek dan terdalam adalah auditorium berkapasitas 1000 orang dan fasilitas umum.
Bangunan dengan luas lantai 15.200 meter persegi ini, kata Warman Anwar selaku arsitek Kantor Pusat PELNI kepada Majalah Konstruksi (terbit Januari 1990), terilhami dari bentuk kapal yang ia pernah lihat di Pasar Ikan, dan direkam dalam bentuk lukisan pribadinya. Pilar vertikal dan elemen vertikal yang mendominasi muka bangunan blok A inilah yang merepresentasikan tiang kapal, mengusung filosofi kepemimpinan. Filosofi itu diperkuat dengan penempatan kantor badan direksi PELNI di blok A. Di blok yang sama bagian pucuknya terinspirasi oleh sekur bangunan klasik. Secara sederhana, kata Warman, “bisa dikatakan menganut langgam Post Modern”.
Secara finishing, gedung ini menggunakan lapis aluminium cokelat, curtain wall berwarna gelap, memberi harmoni dengan Gajah Mada Plaza.
Secara struktur, pondasi yang digunakan adalah frankipile berkedalaman 18-20 meter. Berbeda dengan gedung-gedung dengan luas tanah memanjang dan sempit, pelat lantai Kantor Pusat PELNI tidak diprestres, karena berat bangunan yang terlanjur berat oleh elemen pilar arsitektural gedung. Untuk mengakali berat struktur yang besar, 3 balok anak disertakan di pelat lantai, dengan jarak 2,4 meter setiap bagian.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Gajah Mada No. 14 Gambir, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Warman Anwar (PRW Architects) |
Pemborong | Multi Kontrindo Perkasa (utama dan arsitektur) Total Bangun Persada (struktur) |
Lama pembangunan | Mei 1988 – September 1989 |
Diresmikan | 24 Maret 1990 |
Tinggi gedung | 43 meter |
Jumlah lantai | 11 lantai 1 basement |
Biaya pembangunan | Rp 15,4 milyar (1989) Rp 208,8 milyar (inflasi 2020) |
Referensi
- Zaki, Mohammad; Hidayat, Rahmi. “Gedung Kantor Pusat PT PELNI: Bentuknya diilhami suasana pelabuhan.” Majalah Konstruksi No. 141, Januari 1990.
- Plakat gedung.
- “Tingkat Pelayanan Pelni Masih Kurang.” Harian Ekonomi “Neraca”, 26 Maret 1990, hal. 3
Foto utama oleh mimin SGPC, CC-BY-SA 2.0