Last updated on 9 Mei 2023
Bank Ekspor-Impor Indonesia, disingkat BankExim atau BEII, dibentuk melalui Ketetapan Menkeu No. 600/M/IV/12/1968 dan ditetapkan secara hukum melalui UU No. 22/1968, dengan mengambil kewenangan unit bank tunggal BNI, dalam hal ini BNI Unit II Ekspor-Impor.
Bank Ekspor-Impor Indonesia berkantor pusat di Jalan Lapangan Stasiun, bekas kantor Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM), mulai 1968 hingga mereka harus pindah ke Jalan Gatot Subroto karena kebutuhan bank yang makin mendesak dengan kantornya yang hanya berlantai 3 dan ber-floorplate sekitar 11 ribu meter persegi1perkiraan via Google Maps karena ketiadaan data daring, keputusan tersebut diambil pada 1988, klaim dirut PT Gedung Bank Exim saat itu, A. Malik, saat diwawancarai pewarta dari Majalah Konstruksi, terbit Desember 1995.
Plaza Mandiri dirancang oleh tim arsitek dari Desakota Infra pimpinan Rivai Pulungan, dan dibangun oleh pemborong negara Waskita Karya mulai 30 Agustus 1990 dan selesai dibangun pada 1995. Plaza Exim, begitu nama lama gedung berlantai 32 tersebut, diresmikan penggunaannya pada 31 Desember 1995, sementara operasional BankExim pindah ke gedung ini sejak Agustus 1995.
Bank Ekspor-Impor Indonesia hanya menempati gedung ini selama 3 tahun; mulai Juli 1999, BEII melebur bersama tiga bank BUMN lain menjadi Bank Mandiri. Bank Mandiri menempati gedung ini sebagai kantor pusatnya, dan mengubah nama gedung ini menjadi Plaza Mandiri, sekaligus mengambil alih kepemilikan gedung ini dari PT Gedung Bank Exim.
Arsitektur dan struktur
Plaza Mandiri terpecah menjadi dua komponen, yaitu blok podium dan gedung menara (“tower”) berlantai 32 dan 2 basement. Blok podium terdiri dari 3 lantai, memiliki luas lantai kasar 16.500 meter persegi, lebih luas dari luas lantai kasar gedung eks-NHM/de Factorij, namun dirancang sedemikian rupa, agar diharapkan arsitek, masyarakat biasa akan mengingatnya dengan gedung lama de Factorij. Untuk menara, desain gaya pascamodern dengan tinggi 140 meter (pembulatan, aslinya 139,9 meter) yang diusung bersifat fungsional dan kokoh.

Struktur utama Plaza Mandiri tidak memiliki perbedaan yang berarti dibanding gedung disekitarnya, yaitu tembok core kombinasi rangka dengan balok beton prategangan untuk tower dan rangka terbuka untuk podium. Pondasi menggunakan tiang pancang. Fininshing menggunakan granit dan khusus towernya, menggunakan panel unit. Hal yang saat itu dianggap gebrakan adalah teknologi kulit bernafas, dimana dinding dan granit diberi celah udara dengan mengaitkan granit pada struktur baja, bukan ke tembok – dan panel unit yang dipasang secara pra-fabrikasi.
Plaza Mandiri merupakan satu dari sedikit gedung yang memanfaatkan fasilitas gedung pintar (Intelligent Building System/Sistem Bangunan Pintar, IBS/SBP) dan otomatisasi gedung (SOB/BAS) di masa Orde Baru, dan sistem lantai raised floor, yang berarti juga tanggap perkembangan teknologi. Hal ini mimin SGPC sudah jelaskan di artikel Grha BNI.
Data dan fakta
Nama lama | Plaza Exim |
Alamat | Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 36-38 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jakarta |
Arsitek | Ir. Rivai Pulungan (Desakota Infra) |
Pemborong | Waskita Karya (struktur dan finishing menara) Bangun Tjipta Sarana (finishing podium) |
Lama pembangunan | Agustus 1990 – 1995 |
Dibuka | 31 Desember 1995 |
Tinggi gedung (koleksi pribadi Mustafa Pamuntjak) | 139,9 meter |
Jumlah lantai (menara) | 32 lantai 2 basement |
Jumlah lantai (podium) | 3 lantai 2 basement |
Referensi
- Dwi Ratih (1995). “Karakter Solid nan Dinamis Gedung Kantor Pusat BankExim”. Majalah Konstruksi No. 216, Desember 1995.
- Website resmi PT Gedung Bank Exim
- Sejarah Bank Indonesia, 1959-1966, dari web Bank Indonesia
- Web lama Bank Ekspor Impor Indonesia, 9 Juli 1998