Wisma Hayam Wuruk adalah gedung tinggi pertama di kawasan Jalan Hayam Wuruk dan Jalan Gajah Mada yang didominasi rukan-rukan berlantai 3. Merupakan sebuah penanaman modal asing, gedung ini dirancang oleh tim arsitek dari Alfred A. Yee & Associates asal Honolulu, Amerika Serikat, dan dibangun oleh perusahaan E.E. Black Construction Indonesia. Wisma Hayam Wuruk dibangun di bekas lahan percetakan Daya Upaya atau Drukkerij de Unie.
Arsitektur dan fitur
Desain gedungnya yang melebar ke atas, menurut laporan majalah Cipta terbitan Maret-April 1976, terilhami oleh gaya rumah tradisional Batak dan Minangkabau yang menonjol keatas. Tak hanya itu, hal ini dilakukan juga untuk memperbesar luas sewa gedung.

Diubah secara digital karena versi aslinya elevasinya tidak runut.
Sumber: Cipta, 03-04/1976
Struktur gedung bergaya brutalist ini material pembangunannya menggunakan beton pratekan dan pracetak yang dicetak di Pulogadung. Selain itu, lapis luar gedung mengalami bushhammering (menggosok) dan sandblasting untuk menciptakan permukaan kasar pada tembok gedung. Seperti gedung Deptamben yang dibangun 7 tahun kemudian, tembok gedung yang terekspos juga diberi pencegah jamur.
Wisma Hayam Wuruk, menurut harian Progress terbitan September 1975, adalah gedung tinggi pertama di Indonesia yang menggunakan sistem pratekan dan precast, yang pratekannya dilakukan oleh Pacific Prestress Indonesia.
Gedung ini juga dilengkapi dengan parkir 4 lantai untuk 370 mobil. Desain luarnya juga dibuat serasi dengan gedung perkantorannya.
Sejarah operasional dan kepemilikan
Kala dibuka pada Agustus 1976, klaim iklan Wisma Hayam Wuruk di koran-koran dan majalah, gedung dengan luas lantai 27 ribu persegi ini menjadi kantor Hongkong & Shanghai Bank, di dua lantai terbawah. Belum diketahui kapan HSBC minggat dari gedung ini ke lokasinya sekarang di WTC Jakarta. Sayangnya, di balik penampilan unik dan penghuni bekennya, Wisma Hayam Wuruk dikatakan nyaris kosong selama awal operasionalnya hingga Gajah Tunggal mengambil alih gedung tersebut.
Dari 1984 sampai 1998, gedung berlantai 14 ini menjadi kantor pusat Bank Dagang Nasional Indonesia (bukan Bank Dagang Negara, BUMN bank) hingga dileburkan bersama bank-bank lain ke Bank Internasional Indonesia. Sementara itu sejak 2016, Bank Ganesha resmi berkantor pusat di gedung ini, begitupun juga perusahaan ban Gajah Tunggal yang sudah berkantor di gedung ini sejak 1985-an.
Kedua perusahaan tersebut adalah bagian dari Grup Gajah Tunggal yang membeli PT Manning Development dari pemilik lama Wisma Hayam Wuruk – PT Wisma Gariya – pada tahun 1985[1], dengan harapan gedung tersebut menjadi kantor pusat konsolidasi untuk perusahaan-perusahaan milik Gajah Tunggal.
Kapsul waktu
Saat pembangunan gedung selesai, pada 1 Juni 1976, sebuah kapsul waktu dikubur di salah satu bagian struktur gedung, sebagai batu terakhir konstruksi gedung tersebut, berisi foto polaroid upacara penanaman kapsul waktu, sejumlah uang koin dan harian-harian pagi Jakarta terbitan 1 Juni 1976. Awalnya ditanam foto Presiden Republik Indonesia Soeharto, Gubernur DKI Ali Sadikin dan Ratu Elizabeth II dari Inggris Raya, karena dianggap tidak lazim saat itu, penanaman foto tersebut dibatalkan dan diganti dengan benda yang disebutkan pertama.
Hal ini cukup menarik, karena kapsul waktu Wisma Hayam Wuruk adalah yang terlama ditanam di Indonesia sejauh yang tercatat saat ini, jauh sebelum konsep kapsul waktu menjadi buah bibir di internet-sentris Indonesia saat Presiden Joko Widodo mencetuskan konsep ini pada HUT Republik Indonesia ke-70 tahun 2015 – atau dalam kata lain, ide Jokowi sudah keduluan insinyur Wisma Hayam Wuruk 39 tahun.
Sejak 2016 gedung ini dicat cokelat, menghilangkan konteks brutalist gedung ini.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Hayam Wuruk No. 8 Gambir, Jakarta Pusat, Jakarta |
Arsitek | Alfred A. Yee & Associates |
Pemborong | E.E. Black Indonesia |
Selesai dibangun | 1976 |
Tinggi gedung | 64 meter |
Jumlah lantai | 15 lantai |
Signifikasi | Arsitektur (gedung pertama di Indonesia yang berlanggam brutalist) |
Catatan
↑1 | ”Cara lain yang lebih agresif, Sjamsul…… mengambil alih Wisma Hayam Wuruk pada 1985.” Majalah Prospek, 29 Desember 1990, hal. 101 |
---|
Referensi
- NN (1976). “Wisma Hayam Wuruk”. Majalah Cipta, No. 3-4, 1976.
- Majalah Tempo, 13 Maret 1976 (iklan)
- Kantor Pusat BDNI, 24 April 1997 dan 16 April 1998
- Kantor Pusat Gajah Tunggal, 11 Desember 2018
- Kantor Pusat Bank Ganesha, 11 Desember 2018
- J (1976). “Ibukota selintas: melebar ke atas”. KOMPAS, 2 Juni 1976.
- Alfred A. Yee & Associates (1976). “Surat Pembaca: Wisma Hayam Wuruk”. KOMPAS, 12 Juni 1976.
- Irene Agustine (2018). “Monumen Kapsul Waktu Merauke Rampung Oktober 2018, Begini Bentuknya“. Bisnis Indonesia, 24 Juli 2018. Diakses 22 Agustus 2019. (arsip)
- “Bangunan Unik di Jakarta: Wisma Hayam Wuruk”. Majalah Konstruksi, Januari-Februari 1977.
- “Wisma Gajah Mada: Cari Penyewa”. Majalah Progress No. 97, Juni 1976.
- “Indonesia Memasuki Tahun Konstruksi Pratekan Bangunan Tinggi”. Majalah Progress No. 79, September 1975.
- “Gajah Tunggal Group: Gajah Gemuk dari Bandengan Utara”. Majalah Prospek, 29 Desember 1990, hal 100-101.
- Baso Amir; Radityo D.M. Ibrahim (1990). “Berapa Besar Bisnis Sjamsul di Property?” Majalah SWA No. 1/VI, April 1990, hal. 56-58