Last updated on 15 Januari 2023
ITC Mangga Dua adalah sebuah pusat perbelanjaan yang dibangun di atas lahan seluas 33.700 meter persegi, dan merupakan bagian dari pengembangan Mangga Dua yang awalnya adalah pemakaman1Walau berlokasi di luar lahan pemakaman, Terowongan Casablanca atau Menara Saidah diwarnai banyak isu mistis, tidak seperti pemakaman di Mangga Dua setelah Pasar Pagi Mangga Dua dibangun terlebih dahulu walau bukan bagian dari kompleks Mangga Dua yang dikembangkan Duta Pertiwi/Sinar Mas.
Sejarah ITC Mangga Dua
Kompleks ini mulai dibangun Desember 1989 dan selesai secara keseluruhan pada November 1991 oleh pemborong BUMN Wijaya Karya. Walau secara struktural selesai pada 1991, dan operasionalnya dimulai sejak 15 November 1991, ITC Mangga Dua Jakarta baru dibuka secara resmi pada 11 Januari 1993 oleh Menteri Perdagangan Arifin Siregar2ITC Mangga Dua tidak dibuka pada 1989. Dari rentang November 1991 sampai Januari 1993, Duta Pertiwi memanfaatkan momen tersebut untuk menguji minat konsumen mereka.
Dalam perjalanannya, ITC Mangga Dua menjadi pusat grosir pilihan masyarakat karena harganya yang murah, terutama grosir apparel dan fashion – bahkan menurut website resmi Sinar Mas, “Sudah menjadi sebuah ikon, ITC Mangga Dua adalah ibukota pertokoan grosiran Indonesia”, karena di beberapa website perjalanan, banyak yang merekomendasikan mall ini selain Pasar Tanah Abang dan ITC Cempaka Mas untuk berbelanja barang grosiran. Berdasarkan pengalaman penulis Setiap Gedung Punya Cerita, rombongan bus wisata ke Jakarta rutin melakukan kunjungan ke Mangga Dua atau ke Cempaka Mas untuk wisata belanja. Keduanya adalah proyek Duta Pertiwi/Sinar Mas.
Walau menjadi pilihan pengunjung karena harga grosirnya yang miring, ITC Mangga Dua menjadi poster boy dari beberapa sengketa hukum antara Duta Pertiwi dan konsumennya. Kebanyakan adalah sengketa kepemilikan lahan dan kios yang berujung ke pengadilan. Paling tenar, kasus Khoe Seng-Seng dan tulisannya di harian Kompas yang menyebabkannya digugat Duta Pertiwi pada November 2006, dan kasus surat pembaca harian Suara Pembaharuan yang menyeret Fifi Tanang (penulis surat pembaca di SP) dan 16 pemilik kios ITC Mangga Dua ke meja hijau pada Juni 2006, seluruhnya dianggap melakukan pencemaran nama baik. Kedua kasus ini cukup berhubungan, terkait status kepemilikan lahan ITC Mangga Dua dan Mall Mangga Dua yang memicu polemik. Masalah baru muncul pada September 2013, saat beberapa kios pedagang ITC Mangga Dua diputus sepihak pengelola, hingga dilaporkan ke Pemerintah DKI Jakarta. Diketahui, pengelola memutus listrik beberapa kios karena pemilik kios menunggak tagihan listrik dan service charge.
Arsitektural dan struktur
Pembangunan kompleks ITC Mangga Dua ini dipecah menjadi dua tahap, yaitu tahap pertama (mall) dan tahap kedua (kantor, difoto). Walau gaya arsitekturnya masih bergaya internasional, dan dicat kuning kecokelatan, konsep interior pusat perbelanjaan ini lebih mengarah ke “semua untung”, mulai dari desain interior yang lebih ergonomis dari segi sirkulasi pejalan kaki yang nyaman.
Tahap pertama, yaitu pusat perbelanjaan berlantai 5, digarap oleh Wika mulai Desember 1989, setelah penggarapan awal dilakukan pada Agustus 1989. Proyek tahap pertama selesai pada Desember 1990. Tahap berikutnya adalah tahap kedua, yaitu gedung perkantoran berlantai 12, yang fotonya disertakan di blog ini, dibangun mulai Desember 1990 hingga tuntas pada November 1991.
Struktur kedua gedung yang digarap oleh rata-rata 400 orang per harinya memanfaatkan plat lantai pracetak-pratekan rancangan Wijaya Karya yang masih perlu dicor setelah dipasangkan. Tidak disebutkan jenis pondasinya.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Mangga Dua Raya Pademangan, Jakarta Utara, Jakarta |
Arsitek | Arkonin |
Pemborong | Wijaya Karya |
Lama pembangunan | Agustus 1989 – November 1991 |
Dibuka | 15 November 1991 |
Diresmikan | 11 Januari 1993 |
Jumlah lantai (pusat perbelanjaan) | 6 lantai |
Jumlah lantai (gedung kantor) | 12 lantai |
Biaya pembangunan | Rp. 100 milyar (1991) Rp. 1,2 triliun (inflasi 2020) |
Signifikasi | Pariwisata (Tujuan wisata belanja grosir/murah di Jakarta) |
Referensi
- Dwi Ratih; Djati Retnowati, Saptiwi. “JITC, Dengan Konsep Everybody Happy”. Majalah Konstruksi No. 171, Juli 1992.
- Kompas, 15 Januari 1993 (iklan)
- Dewi R., Isni. “Jangan Bingung! Ini Dia Panduan Berbelanja di Mangga Dua”. Checkin Jakarta, tanpa tanggal. (arsip)
- Tripadvisor (arsip)
- Website resmi ITC Mangga Dua (arsip)
- Hukumonline, 12 Maret 2008 (in-depth, arsip)
- Pratama Taher, Andrian. “Perjuangan Kho Seng Seng, Konsumen yang Dikriminalisasi”. Tirto, 9 Agustus 2017 (in-depth, arsip)
- Januarius Kuwado, Fabian. “Jokowi Panggil Pengelola ITC Mangga Dua.” Kompas.com, 4 September 2013 (arsip)
- Sholeh, Muhammad. “Pedagang ITC Mangga Dua diimbau bayar tunggakan listrik”. Merdeka.com, 8 September 2013. (arsip)
- Novri Hardi (1993). “Semaraknya Mangga Dua.” Warta Ekonomi, 18 Januari 1993, hal. 34
- Irma Nurhayati & Rin Hindryati (1992). “JITC: Pusat Dagang Asia Pasifik”. Majalah Prospek, 4 April 1992, hal. 40
Foto utama oleh mimin SGPC, CC-BY-SA 2.0