Sebelum gedung ini dibangun, lahan yang sekarang menjadi Intiland Tower Surabaya ditempati oleh sebuah bioskop bernama Bioskop Bayu, yang sudah diratakan sebelum pembangunan gedung ini dimulai. Konstruksi gedung tersebut dimulai pada April 1996 dan pembangunannya selesai pada Agustus 1997. Pada 16 April 1997, gedung berlantai 12 ini tutup atap.
Wisma Dharmala Sakti, begitu nama aslinya, dirancang oleh Paul Rudolph bersama dengan perancang lokal dari PT Gunawan Cipta Arsindo. Sayangnya, Paul Rudolph wafat di bulan yang sama dengan akhir pembangunan Wisma Dharmala Sakti Surabaya, menjadikan gedung ini karya terakhirnya di Indonesia [1], bahkan Rudolph tak akan melihat hasil karyanya berdiri dengan gagahnya di Kota Pahlawan.
Dalam progres pembangunannya, proyek Wisma Dharmala Sakti ini sempat digoyang oleh masyarakat lokal karena pekerjaannya mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar. Untung pihak kontraktor memasang fitur pengaman di rumah-rumah masyarakat yang berada di samping proyek.
Kala selesai dibangun, Dharmala Intiland menjadikan Intiland Tower di Surabaya sebagai gedung yang berfungsi ganda sebagai kantor dan pusat perbelanjaan, yang belakangan sudah menjadi kantor murni dengan sedikit ritel. Kantor grup Dharmala dilebur ke dalam Intiland Tower dan sisanya disewakan ke masyarakat. Per annual report 2017, 68 persen ruang kantor terisi dengan rata-rata biaya sewa 183,5 ribu rupiah per meter persegi per bulan, lebih rendah dibanding saat gedung ini selesai dibangun, yaitu 75 persen saat diwartakan Majalah Konstruksi pada September 1997, dengan harga sewa bulanan mencapai Rp. 29.400 [2] per meter persegi.
Arsitektur

Foto dari Tatamulia Nusantara
Desain gedungnya yang unik dan miring ini merupakan lanjutan dari konsep arsitektur tropis yang sudah Paul Rudolph terapkan sebelumnya melalui Wisma Dharmala Sakti di Jakarta, walau disesuaikan dengan lahan gedung yang mengotak. Hasilnya, gedung Intiland Tower Surabaya berbentuk “X tight” dan sudah menyesuaikan dengan bentuk tanah. Krisentia Giodivani, seorang mahasiswa magister Arsitektur UK Parahyangan, Bandung, mengatakan bahwa desainnya diilhami dari candi bentar. Sementara Indonesia Design justru menyebut gedung ini tidak beraturan yang disebut sebagai “ekspresi keliaran Paul Rudolph dalam merancang bangunan yang tidak mau terkungkung oleh kekakuan struktur.”
Penggunaan teras dan overhang miring pada gedung yang kemiringannya mencapai 64 derajat dan dilengkapi dengan sun-shading bermaterikan pipa, ditujukan untuk mengurangi panas masuk ke gedung tanpa menangkis cahaya. Rancangan tersebut menekan ongkos lampu dan penggunaan AC hingga 20%, walau harus mengorbankan ruang kantor. Indonesia Design mencatat bahwa panas yang masuk ke dalam interior Intiland Tower hanya 20 persen berkat teras dan overhang tersebut.

Struktur Intiland Tower Surabaya menggunakan kolom miring rigid yang diperkuat cantilever dan corenya merupakan beton yang memperkokoh bagian struktur lainnya. Finishing gedung menggunakan mayoritas marmer untuk atrium dan lantai gedung, sementara eksterior tidak disinggung.
Data dan fakta
Alamat | Jalan Panglima Sudirman No. 101-103 Genteng, Surabaya, Jawa Timur |
Arsitek | Paul Rudolph (arsitek prinsipal) PT Gunawan Cipta Arsindo (architect of record) |
Pemborong | PT Tatamulia Nusantara Indah (arsitektur dan struktur) PT ACSET Indonesia (pondasi) |
Lama pembangunan | April 1996 – Agustus 1997 |
Jumlah lantai | 12 lantai |
Biaya pembangunan | Rp 49 milyar (1997) Rp 353 milyar (inflasi 2020) |
Signifikasi | Arsitektur (Mahakarya Paul Rudolph di Indonesia bersama dengan Intiland Tower di Jakarta) |
Catatan
Referensi
- Saptiwi (1997). “Wisma Dharmala Surabaya, Desainnya Unik nan Cantik”. Majalah Konstruksi, September 1997
- “Wisma Dharmala Bereksterior Unik”. Jawa Pos, 8 Juli 1996
- “Padukan Kantor dan Perbelanjaan, Dharmala Bertekad Pulihkan Bisnis Perkantoran”. Jawa Pos, 17 April 1997
- Annual Report Intiland 2017
- IRS (1996). “Kontraktor Dilaporkan ke Dinas Tata Kota”. Jawa Pos, 24 Desember 1996.
- Rilis pers Dharmala Intiland, 30 Mei 1997
- Rilis pers (1997). “Satu Lagi Landmark Kota Pahlawan Selesai Dibangun“. Dharmala Intiland, 16 April 1997.
- Krisentia Giovani D. (2014). “Penerapan “Kontep Kontekstual” Paul Rudolph Pada Arsitektur Perkantoran Bertingkat Banyak di Indonesia.” Jurnal: E-Journal Graduate Unpar, hal. 52-60.
- cht (2005). “Wisma Dharmala Surabaya”. Majalah Indonesia Design Vol. 2, No. 10, 2005. Hal. 35-38